We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 12
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Asta menatap dalam pada wajah Samara, dan bibirnya yang tipis terangkat : “Nona

Samara, tingkat kewaspadaan Anda memang tidak biasa. Tapi, hal apa yang kamu

bayangkan akan kulakukan padamu?” Samara yang ditatap oleh sepasang mata itu

merasa tidak nyaman. Tatapan pria itu menjelajahi wajah kecilnya, seolah-olah dia bisa

melihat ke dalam jiwanya. Samara tidak hanya terpikir soal rumor Asta yang ada diluar,

yang mengatakan bahwa dia adalah sosok yang superior dan kuat, serta sulit dibodohi.

Yang Asta sukai, tidak pernah tidak didapatkan olehnya. Dia juga tidak sepenuhnya

mengabaikan Asta sebelumnya, hanya saja dia tidak ingin terlibat dengan pria berbahaya

seperti itu. “Tuan Muda, makan malam sudah siap.” Pak Michael datang untuk

melaporkan. Bibir Asta sedikit terangkat : “Nona Samara, mari makan bersama, silahkan

cicipi keahlian memasak koki saya.” Samara juga tidak ragu-ragu, dan ikut bersama Asta

menuju meja makan. Hidangan lezat sudah memenuhi meja makan, Samara duduk dan

mulai makan, dia langsung tercengang dengan keahlian memasak koki Keluarga Costan

pada suapan pertama, tapi dia bisa menahan dirinya, dan akhirnya bisa makan bersama

dengan Asta dengan lega. Dan saat mereka hampir selesai makan, ponsel Asta tiba-tiba

berdering. “Maaf, saya tinggal sebentar ya.” “Silahkan.” Setelah Asta pergi, Samara

Follow current on NovelEnglish.net

akhirnya merasa lebih lega. Dia menghabiskan sepiring nasi hanya dalam beberapa suap,

dan Asta pun tidak terlihat mempersulitnya. Lantas apakah dia sendiri yang berpikiran

jahat dan menganggap Asta adalah orang jahat? Samara yang hendak membersihkan sisa

makanan di piringnya, tiba-tiba merasakan kelembutan yang dingin di pahanya. Apa ini?

Samara melihat ke bawah dan melihat seekor ular seputih salju melilit betisnya,

merangkak naik sedikit demi sedikit. Mata ularnya seperti batu amber yang jernih, dan dia

tidak berhenti menjulurkan lidahnya… Dia berbeda dengan Samantha yang sejak kecil

tumbuh besar di kota, sebelum dia berumur 19 tahun, dia tinggal di perdesaan, dan dia

sudah sering menjumpai ular di sawah maupun anak sungai, bukan hanya tidak takut ular,

saat itu dia dan teman-temannya bahkan sering menangkap ular. Dan setelah dia pindah

ke kota, Samara sudah jarang menemukan ular. Samara meletakkan sumpitnya dan

menangkap ular kecil yang melilit betisnya, lalu perlahan-lahan mengusap kepala ular itu :

“Halo, kamu cantik sekali, apa jangan-jangan kamu jelmaan siluman ular putith?” Kalau

ular ini tidak ada pemiliknya, Samara berencana membawanya pulang untuk dijadikan

hewan peliharaannya Javier. “Kamu tidak takut pada Snowy?” suara seorang anak kecil

terdengar. “Sno..snowy?” Tatapan Samara beralih dari Snowy menuju ke anak laki-laki

yang ada didepan pintu ruang makan. Anak laki-laki itu sangat menawan, matanya yang

hitam dan besar menatap padanya, aura menawannya bahkan tidak kalah dari putranya,

Xavier dan Javier. Bahkan jika dilihat lebih dekat, dia memiliki alis yang mirip dengan

Xavier dan Javier, mungkin karena kemiripan itu, Samara tidak bisa menahan dirinya

untuk tidak tersenyum. Samara membawa ular itu dan menghampiri Oliver, lalu

berjongkok dihadapannya. “Apakah ular kecil ini milikmu? Lucu sekali!” Samara

tersenyum, sambil menatap mata anak itu : “Namanya Snowy ya?” Anak itu cemberut lalu

mendengus : “Kamu jelek, tapi lumayan berani, kamu jauh lebih baik dibandingkan bibi

yang berteriak histeris saat melihat Snowy.” “Huh, kembalikan dia padaku.” Samara

meletakkan ular putih itu pada tangan kecil Oliver. Oliver kembali mendengus, tapi dia

tidak bisa berhenti menatap wajahnya : “Tadi saya mengatakan kamu jelek, kenapa kamu

tidak marah?” Samara memang memakai topeng wajah itu untuk terlihat jelek, jadi tentu

saja dia tidak keberatan dengan apa yang dikatakan anak itu. “Kan memang jelek, kenapa

harus marah?” Tangan kecil Samara mengusap-usap kepala Oliver : “Lagipula, kalau sudah

jelek lalu marah, bukannya akan menjadi lebih jelek lagi?” Oliver yang sudah berusia 5

tahun tidak pernah diusap kepalanya oleh orang lain selain kakeknya. Ayahnya juga tidak

pernah menyentuhnya, dan orang lain tidak memiliki keberanian itu, bahkan wanita yang

melahirkannya pun, akan takut dengan kata-katanya dan tidak berani dekat-dekat

Follow current on NovelEnglish.net

dengannya. Oliver yang kepalanya diusap oleh bibi ini merasakan kehangatan yang tak

terlukiskan di hatinya. Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya….

“Kamu…Kamu….” anak kecil itu mengepalkan tinjunya. “Hm? Ada apa?” Samara

menghentikan gerakannya dan mendongak untuk melihat Oliver. “Hei wanita, kamu sudah

mengusap kepalaku, kamu harus bertanggung jawab padaku.” Tatapan Oliver terpaku dan

berkata : “Jadilah wanitaku ya, saya bersumpah akan melakukan yang terbaik untuk

melindungimu, dan tidak akan ada orang yang bisa menganggumu!” “Pftt—-” Samara

tidak bisa menahan tawanya dan menggelengkan kepalanya. Usia bocah ini tidak jauh

dari anaknya Xavier dan Javier, lalu sekarang dia malah mengutarakan perasaannya? Yang

paling penting adalah penampilannya yang menggemaskan dan imut, tetapi

perkataannya malah mengundang gelak tawa orang yang mendengarnya. “Apa yang

kamu tertawakan?” Wajah tembem Oliver menjadi serius : “Tidak banyak wanita yang

pantas untukku, kamu yang pertama. Karena saya dan Snowy tidak membencimu, maka

hari ini kamu menetaplah di sisiku…” Samara bertanya-tanya apakah ayah anak itu akan

mengalami pendarahan otak jika dia mendengarnya perkataan putranya itu. Dan saat dia

sedang memikirkan hal itu, sesosok tinggi dan ramping berjalan masuk dari arah ruang

tamu. Mata pria itu setajam pedang, dan suaranya dingin : “Oliver.”