We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 1
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

“Huah….” Saat Samara terbangun, sekujur tubuhnya terasa seperti akan runtuh. Dibawah

selimut itu tubuhnya tidak terbalut sehelai benangpun, kulit putih mulusnya dihiasi

dengan bekas cupang yang lumayan banyak sehingga dia sendiri tidak berani melihatnya

langsung. Apa yang terjadi? Tiba-tiba, pemandangan indah yang terjadi tadi malam

diputar ulang dalam benaknya. Dia memasuki kamar dalam kondisi tidak sadarkan diri,

dan dimainkan oleh seorang pria asing dengan gila-gilaan sepanjang malam. Suaranya

sudah serak karena terus menangis, tapi pria itu sama sekali tidak bergeming dan terus

memperkosanya. Samara mengganti pakaiannya, dan menahan kedua kakinya yang

masih lemas, dia turun dari tempat tidur dan berniat menemukan bajingan yang merebut

keperawanannya. Tapi dia sama sekali tidak melihat sosok pria itu diseluruh kamar suite,

dan hanya menemukan sebuah anting-anting salib dari perak di atas ranjang. Apa dia

meninggalkannya disini? Samara menyimpan anting itu kedalam kantongnya, dan hendak

pergi. Pintu suite hotel ditendang oleh seseorang hingga terbuka, seorang pria paruh baya

berusia sekitar 50 tahun, Heru Wijaya, masuk dengan wajah penuh amarah,

dibelakangnya diikuti oleh adik kembarnya Samara, Samantha. “Ayah, Samantha…..”

Samara terkejut, dan wajahnya memucat. Heru jengkel dan langsung mencaci maki

Samara : “Kamu tidak pulang semalaman dan membuat kami mengira kalau kamu

mengalami sesuatu, tidak tahunya kamu malah sibuk bercumbu dengan pria di hotel!”

Samantha juga terlihat marah dan berkata : “Kak Samara, kamu sangat keterlaluan kali

Follow current on NovelEnglish.net

ini! Ayah, Tante Emma, dan saya sibuk mencarimu semalaman, kami sudah hampir gila!”

Samara terus menggelengkan kepalanya. “Tidak, saya tidak.” “Kamu sebenarnya masih

punya urat malu atau tidak! Lihat apa yang ada di lengan dan lehermu itu? Masih berani

mengatakan tidak!” “Ayah, saya dijebak, saya juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini.”

Heru melihat Samara yang masih berani membantahnya, meraih sebuah asbak yang ada

disampingnya dan melemparkannya ke arahnya. “Piang—–” Samara tidak sempat

mengelak, dan keningnya seketika terluka dan darah terus bercucuran hingga seluruh

wajahnya. “Samara, saya baru saja menyetujui permasalahan pernikahanmu dengan Pak

Budi, sekarang kamu malah melakukan hal memalukan seperti ini! Sekarang tubuhmu

sudah kotor, bagaimana saya bisa menjelaskan hal ini pada Pak Budi?” Samara

membelalakan matanya seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar : “Budi itu

sudah hampir berumur 60 tahun! Sudah 3 istrinya yang meninggal, dan kamu mau saya

menikah dengannya?” “Kenapa? Menikah dengannya masih termasuk menyusahkanmu?!

Bisa menikah dengannya adalah keberuntunganmu.” Heru meraih tangan Samantha, dan

wajahnya terlihat penuh kebencian : “Untung saja kamu dan Samantha hanya memiliki

wajah yang sama, dan memiliki sikap dan kepribadian yang bertolak belakang! Kamu

sudah mencoreng nama Keluarga Wijaya dengan sikapmu ini!” Samantha melirik Samara

dengan jijik : “Ayah, jangan lupa, dia kan tumbuh besar di kampung!” Heru menatapnya

dengan dingin, dan Samatha juga tidak memperdulikan luka di keningnya. Huh! Ini adalah

ayah kandungnya, dan saudari kandungnya! Kening Samara masih terus mencucurkan

darah, tapi hatinya, sudah mati rasa. …… Sepuluh bulan kemudian. Di apartemen Samara

yang terletak di pinggiran kota. Diiringi dengan suara tangisan bayi “Uwaa..uwaa—-”, dua

bayi dilahirkan dengan lancar. Samantha menggendong dua bayi yang masih berlumuran

darah dan menatap Samara yang masih lemas di tempat tidurnya. “Kembalikan…anakku

padaku….” Samara berkata dengan wajah pucatnya dan masih berusaha keras untuk

mengangkat tubuhnya. “Kembalikan padamu? Apa kamu sanggup menghidupi sepasang

bayi kembar ini?” “Saya adalah kakakmu…kakak kandungmu!” Samara menatap wajah

Samantha yang terlihat percis dengan dirinya : “Kenapa…Kenapa kamu ingin

menjebakku?” “Wanita itu…adalah ibumu! Bukan ibuku! Saat dia disuruh memilih satu

diantara dua, dia memilihmu, dan meninggalkanku dirumah yang dipenuhi dengan

serigala, singa, dan macan tutul, meninggalkanku untuk menghadapi seluruh anggota

Keluarga Wijaya seorang diri! Pada saat saya menderita, dimana kamu yang katanya

kakakku ini?!” Samantha tertawa, dengan mengerikan. “Samara, wajah ini hanya boleh

ada satu di dunia, dan itu adalah wajahku, Samantha!” “Apa yang mau kamu lakukan?”

“Membunuhmu!” Samantha menuangkan bensin yang sudah dia siapkan keseluruh sudut

ruangan, dan menyalakan korek lalu melemparkannya ke lantai, dan pergi dengan

membawa dua bayi kembar itu. Dibelakangnya, api yang bertemu dengan bensin mulai

menjalar dan membakar seisi apartemen. Samantha berjalan keluar dari apartemen,

Follow current on NovelEnglish.net

melirik lautan api di belakangnya, lalu melirik kearah dua bayi kembar yang menangis

dalam gendongannya. Sepuluh bulan yang lalu, dia kembali ke hotel dan ingin

menghancurkan bukti kalau Samara dijebak, dan bertemu dengan Asta. Dan dia baru

menyadari kalau orang yang meniduri Samara malam itu bukanlah bajingan yang

diutusnya, tapi malah Asta yang bisa membalikkan langit bagaikan membalikkan telapak

tangannya. Dalam keterkejutannya, dia juga segera membuat keputusan, dia ingin Asta

berpikir kalau wanita yang menggunakan tubuhnya untuk memuaskannya malam itu

adalah dirinya! Bagaimanapun dia dan Samara adalah kembar identik, mereka terlihat

sama percis, asalkan Samara menghilang dari dunia ini, maka tidak ada lagi orang yang

mengetahui rahasianya. Dan kedua bayi kembar ini, akan menjadi alat yang berguna

untuk mendekati Asta nantinya. “Siapa yang menyuruh kalian menangis! Kalau kalian

bukan anaknya Asta, kalian juga pasti sudah kubunuh.” Setelah jeda sesaat, Samantha

melanjutkan : “Tapi dengan dukungan kalian, cepat atau lambat, saya pasti akan masuk

kedalam Keluarga Costan.” Dan saat Samantha tenggelam dalam imajinasinya, dia tidak

tahu kalau Samara berusaha sekuat tenaganya dan sudah berhasil melarikan diri dari

jendela. Dia bergerak dengan susah payah. Tiba-tiba, rasa sakit yang familiar kembali

terasa dari bagian bawah tubuhnya, seperti suara anak kucing yang menangis. Ternyata,

dia tidak hanya mengandung dua bayi kembar…. Samara menggendong bayi ketiga dan

keempatnya dengan tangan yang gemetar. Demi kedua bayinya, dia harus bertahan tidak

peduli betapa sulitnya. Samara menggertakkan giginya, dan ada kebencian yang

mandarah daging dalam tatapannya. “Saya akan mengambil kembali apa yang kalian

rebut dari ku, satu per satu….”